April 24, 2010

Kebudayaan dan kehidupan

Kebudayaan selalu berhubungan dengan sejarah, sayangnya banyak kebudayaan yang hilang karena kurangnya kepedulian & penghargaan terhadap penciptanya. Salah satu kepedulian terhadap kebudayaan adalah dengan bangga menjaga dan melestarikan karya - karya tersebut.
Sebagai contoh budaya wayang, di Jawa , khususnya Jawa Tengah, Yogyakarta dan tempat lain di Jawa sangat kental sekali dengan budaya wayang ini. Tapi kepedulian dan penghargaan untuk menjaga nilai - nilai budaya itu sangat kurang. Generasi muda lebih senang dengan budaya - budaya asing dibandingkan dengan budayanya sendiri. Lewat tulisan ini kami mengajak kita semua untuk tetap melestarikan salah satu budaya yang mempengaruhi sejarah bumi Jawa.

Wayang sebagai sarana komunikasi dari Ulama, Kaum cendikiawan maupun elite penguasa saat itu, sangat berperan dalam membentuk karakter masayarakat di Pulau Jawa. Banyak sekali cerita - cerita pewayangan dan filosofi tokoh - tokohnya yang masih relevan untuk di terapakan saat ini. Untuk informasi tentang budaya wayang , tokoh serta filosofinya dapat di lihat di http://wayangprabu.com.

Di website ini banyak menyajikan konten - konten tentang budaya dan sejarah pewayangan. Dengan membaca pengetahuan tentang wayang ini paling tidak kita masih peduli terhadap budaya asli Indonesia, hal ini merupakan salah satu penghargaan yang tidak ternilai bagi pencipta budaya wayang tersebut maupun terhadap budaya wayang itu sendiri.

Yang menarik dari tokoh - tokoh dan filosofi tokoh dalam pewayangan adalah tentang bagaimana kita memandang roda kehidupan. Karakter tokoh mencerminkan keanekaragaman karakter manusia. Dan jika dicermati nilai - nilai filosofi itu sudah mulai ditinggalkan, padahal masih sangat relevan jika kita aplikasikan di kehidupan kita saat ini. Sebagai contoh : tokoh "Sengkuni", dalam pewayangan tokoh ini menggambarkan karakter seseorang yang menghalalkan segala acara untuk memenuhi ambisinya, kalau istilah saat ini tokoh "sengkuni" bisa dianalogikan sebagai seorang penjilat atau provokator.

Lain halnya dengan tokoh Punakawan ( Semar, Gareng, Petruk & Bagong ), walaupun tokoh - tokoh ini menggambarkan kaum rakyat jelata, ternyata punakawan merupakan jelmaan dewa, bukan jelmaan dewa yang ingin kita tonjolkan, akan tetapi filosofi yang santun, merakyat dan tidak sombong. Bisa kita bayangkan betapa rendah hatinya mereka , padahal mereka adalah titisan dewa yang bisa melakukan apa saja. Jika kita refleksikan dengan kondisi saat ini, jangankan jelmaan dewa, pejabat yang jelas - jelas dipilih oleh rakyat saja kelakuanya bak seorang raja, lupa akan asal usul dan tugasnya.

Masih banyak lagi filosofi dan hal - hal postif dari budaya wayang yang masih dapat kita terapkan saat ini, dengan pemahaman yang sehat dan jernih serta menimba dari filosofi wayang tersebut, secara tidak langsung kita telah peduli untuk melestarikan budaya wayang. Hal ini merupakan penghargaan yang tak ternilai bagi para pencipta budaya wayang.

0 comments:

Post a Comment

Tulis komentar pendapat anda tetang blog ini