Kebudayaan selalu berhubungan dengan sejarah, sayangnya banyak
kebudayaan yang hilang karena kurangnya kepedulian & penghargaan
terhadap penciptanya. Salah satu kepedulian terhadap kebudayaan adalah
dengan bangga menjaga dan melestarikan karya - karya tersebut.
Sebagai contoh budaya wayang, di Jawa , khususnya Jawa Tengah,
Yogyakarta dan tempat lain di Jawa sangat kental sekali dengan budaya
wayang ini. Tapi kepedulian dan penghargaan untuk menjaga nilai - nilai
budaya itu sangat kurang. Generasi muda lebih senang dengan budaya -
budaya asing dibandingkan dengan budayanya sendiri. Lewat tulisan ini
kami mengajak kita semua untuk tetap melestarikan salah satu budaya yang
mempengaruhi sejarah bumi Jawa.
Wayang sebagai sarana komunikasi dari Ulama, Kaum cendikiawan maupun
elite penguasa saat itu, sangat berperan dalam membentuk karakter
masayarakat di Pulau Jawa. Banyak sekali cerita - cerita pewayangan dan
filosofi tokoh - tokohnya yang masih relevan untuk di terapakan saat
ini. Untuk informasi tentang budaya wayang , tokoh serta filosofinya
dapat di lihat di http://wayangprabu.com.
Di website ini banyak menyajikan konten - konten tentang budaya dan
sejarah pewayangan. Dengan membaca pengetahuan tentang wayang ini paling
tidak kita masih peduli terhadap budaya asli Indonesia, hal ini
merupakan salah satu penghargaan yang tidak ternilai bagi pencipta
budaya wayang tersebut maupun terhadap budaya wayang itu sendiri.
Yang menarik dari tokoh - tokoh dan filosofi tokoh dalam pewayangan
adalah tentang bagaimana kita memandang roda kehidupan. Karakter tokoh
mencerminkan keanekaragaman karakter manusia. Dan jika dicermati nilai -
nilai filosofi itu sudah mulai ditinggalkan, padahal masih sangat
relevan jika kita aplikasikan di kehidupan kita saat ini. Sebagai contoh
: tokoh "Sengkuni", dalam pewayangan tokoh ini menggambarkan karakter
seseorang yang menghalalkan segala acara untuk memenuhi ambisinya, kalau
istilah saat ini tokoh "sengkuni" bisa dianalogikan sebagai seorang
penjilat atau provokator.
Lain halnya dengan tokoh Punakawan ( Semar, Gareng, Petruk & Bagong
), walaupun tokoh - tokoh ini menggambarkan kaum rakyat jelata, ternyata
punakawan merupakan jelmaan dewa, bukan jelmaan dewa yang ingin kita
tonjolkan, akan tetapi filosofi yang santun, merakyat dan tidak sombong.
Bisa kita bayangkan betapa rendah hatinya mereka , padahal mereka
adalah titisan dewa yang bisa melakukan apa saja. Jika kita refleksikan
dengan kondisi saat ini, jangankan jelmaan dewa, pejabat yang jelas -
jelas dipilih oleh rakyat saja kelakuanya bak seorang raja, lupa akan
asal usul dan tugasnya.
Masih banyak lagi filosofi dan hal - hal postif dari budaya wayang yang
masih dapat kita terapkan saat ini, dengan pemahaman yang sehat dan
jernih serta menimba dari filosofi wayang tersebut, secara tidak
langsung kita telah peduli untuk melestarikan budaya wayang. Hal ini
merupakan penghargaan yang tak ternilai bagi para pencipta budaya
wayang.
April 24, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
Tulis komentar pendapat anda tetang blog ini